Jumat, 14 Juni 2013

MENGENAL FILSAFAT YUNANI



Oleh: ghilast prast,SH

Yunani sebagai salah satu pusat peradaban kuno di eropa, tidak berlebihan apabila disebut sebagai ”negeri para filsuf”. Yunani kuno dengan budaya berpikir masyarakatnya yang cukup tinggi memang telah melahirkan banyak sekali ahli filsafat. Para ahli filsafat (filsuf) itu telah melakukan koreksi secara kritis terhadap pola pikir lama yang berbau mite dan dongeng. Kemudian menggantinya dengan yang lebih rasional. Terlepas benar atau tidaknya kesimpulan yang mereka hasilkan dalam memandang suatu objek, pendekatan mereka yang mendayagunakan akal harus mendapat penghargaan tersendiri. Bermula dari ”tradisi” mereka itulah lahir berbagai bidang ilmu yang memiliki kerangka metodologis dan bersifat ilmiah.

Apakah Filsafat itu?

Secara harfiah, istilah filsafat itu berasal dari bahasa Greek (yunani kuno), dari kata philosophia/filosofia. Kata ini diturunkan dari kata kerja filosofein yang berarti ”mencintai kebijaksanana”. Namun arti ini sesungguhnya belum merupakan hakikat filsafat yang sebenarnya sebab mencintai di sini masih dilakukan secara pasif saja.oleh karena itu kata filsafat lebih mengandung arti himbauan kepada kebijaksanaan. Dari pengertian ini jelas bahwa kebijaksanaan yang dimaksud belum diraih dan masih perlu diusahakan. Hal ini bermakna seorang filsuf adalah orang yang sedang mencari kebijaksanaan.

Filsafat yunani

Seperti telah di kemukakan di atas, filsafat lahir karena kemenangan akal atas mite-mite dan dongeng-dongeng dalam memberi tahukan asal mula alam dan isinya. Para filsuf adalah orang-orang pertama yang meragukan kebenaran mite-mite dan dongeng-dongeng yang berkembang dalam masyarakat Yunani kuno. Mereka mencoba mencari jawaban dengan pikirannya terhadap suatu objek di alam yang mengundang teka-teki dan tanda tanya. Sebagai contoh, menurut mite yang di yakini masyarakat Yunani pada waktu itu, pelangi merupakan penjelmaan Dewa atau Dewi. Namun, Xenophenes mengemukakan pendapatnya bahwa pelangi adalah pemantulan matahari pada awan. Apa yang dikemukakan Xenophenes jelas mencerminkan suatu pendapat yang jauh dari pengaruh mite. Ia telah mendayagunakan akal dan pikirannya dalam memandang gejala alam yang berupa pelangi. Pendekatan yang rasional ini akan menghasilkan suatu pendapat yang dapat dikontrol, diteliti dengan akal, dan diperdebatkan kebenarannya. Berpikir yang dilakukan oleh Xenophehes inilah yang dimaksud cara berfilsafat

Filsafat Yunani, sejak kemunculannya (abad 6SM) dapat dikelompokkan sebagai berikut:

·         Zaman filsafat pra-Socrates;
·         Zaman filsafat Socrates,Plato, dan Aristoteles;
·         Zaman filsafat Hellenisme.

Perlu diketahui bahwa pengelompokan ini tidak didasarkan atas masa hidup para filsuf. Istilah pra-Socrates tidak menunjukan pada waktu para filsuf itu hidup, tetapi berarti bahwa filsafat mereka tidak dipengaruhi oleh Socrates. Adapun filsuf-filsuf yang termasuk dalam kelompok pra-Socrates, antara lain; Thales (625-545SM), Anaximandros (610-540SM), Anaximenes (538-480SM), Phytagoras (580-500SM), Parmenides (540-475SM), Zeno (490-430SM), Empedokies (492-432SM), dan Anaxagoras (499-420SM).

Para filsuf yang termasuk kelompok kedua ialah Protogoras (480-411SM), Gorgias (480-380SM), Socrates (469-399SM), Plato dan Aristoteles (384-322SM). Objek pemikiran Socrates, Plato dan Aristoteles akhirnya tidak hanya gejala alam, namun juga masalah-masalah Negara, hubungan kemasyarakatan, logika, etika, cinta, dan ketuhanan.
Sementara itu, pada masa Hellenisme (kebudayaan yunani yang tersebar berakulturasi dengan kebudayaan setempat) muncul berbagai aliran filsafat, seperti Skeptisisme, Epicurisme, Stoisme, dan Ghostik.

Salam…………

”ramuan pengalaman dan imajinasi yang menarik, yang menjawab inti pertanyaan kita tentang hubungan-hubungan antara gagasan sederhana, kendala dan kualitas pendidikan”. Sapardi Djoko Damono (sastrawan dan guru besar Fakultas ilmu budaya UI)

  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar